Minggu, 17 April 2011

Menggali Bakat

SETIAP anak mempunyai kemampuan  berbeda. Ada yang mempunyai  kemampuan di atas rata-rata, ada juga yang lemah menyerap pelajaran.


Kemampuan yang berbeda  itu mengharuskan perlakuan yang juga berbeda. Wakil Menteri  Pendidikan Fasli Djalal mengatakan, setiap sekolah harus melihat kemampuan setiap individu siswa. Sekolah perlu mempunyai portofolio perkembangan siswa setiap semester. Pengetahuan akan perkembangan anak sangat membantu. Tidak hanya untuk persiapan semua ujian termasuk ujian nasional  (UN), namun juga peningkatan kemampuan lainnya. Untuk sekolah-sekolah yang  bagus, biasanya mengetahui jika  standar kelulusan UN masih sangat  kecil. Karena itu, sekolah berusaha membuat tingkat kelulusan sekolah jauh lebih tinggi sehingga untuk memperlakukan siswa yang mempunyai kecepatan menyerap pelajaran, sekolah melakukan sejumlah upaya. Seperti memasukkan mereka di kelas akselerasi.


Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan tantangan-tantangan baru. Dengan adanya penugasan dan tantangan khusus tadi, siswa bisa lari tanpa  harus menunggu yang lain. ”Mereka  tidak perlu menunggu teman-temannya  yang lain. Jika mereka  menunggu bukan tidak mungkin  bisa mengganggu karena merasa  tidak dilayani,” ujar Fasli.

Fasli mengakui, pengklasifikasian kemampuan siswa seringkali hanya terjadi di sekolah-sekolah  yang mempunyai bimbingan konseling bagus. Begitu juga dengan penyaluran bakat-bakat yang bisa menangkap pelajaran dengan cepat tersebut, rata-rata hanya bisa dilakukan sekolah-sekolah bagus. Sementara ini, sekolah dengan kemampuan biasa-biasa saja tidak bisa berbuat lebih untuk siswa-siswanya yang berbakat.

Di sinilah,  kata Fasli, pemerintah perlu banyak mengambil peran. Anak yang konsisten di peringkat  puncak walaupun sekolahnya  tidak bagus menjadi sasaran beasiswa  yang diberikan pemerintah. Saat ini dengan dukungan anggaran  APBNP, pemerintah menyiapkan 2,7 juta beasiswa untuk siswa sekolah dasar (SD), hampir satu  juta beasiswa untuk SMP dan 600  ribu beasiswa untuk SMA/SMK. Untuk siswa SD masing-masing  bisa mendapatkan Rp40 ribu setiap bulan. Sedangkan untuk  SMA/SMK bisa mendekati Rp1  juta per tahun. ”Angka yang besar  untuk diperbantukan kepada  anak-anak berbakat agar mereka  bisa berkibar walau di sekolah yang  biasa-biasa saja,” papar Fasli.

Hal lain yang bisa dilakukan  adalah dengan menjaring mereka  dalam program penelusuran minat  dan kemampuan (PMDK) saat  akan masuk dalam perguruan tinggi.

Banyak anak berbakat karena sekolahnya yang kurang bagus membuat mereka kesulitan menghadapi ujian masuk perguruan  tinggi. Dengan demikian, PMDK  bisa menjembatani antara potensi bakat dengan akses perguruan tinggi. Dalam hal ini pemerintah daerah lebih banyak berperan. Karena merekalah yang mengetahui lebih dekat bakat-bakat yang ada di daerahnya. Upaya lain yang bisa dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan Nasional adalah menggalakkan perlombaan-perlombaan  untuk menggali bakat. Lomba yang diadakan Kemendiknas bukan hanya terkait pencapaian pembelajaran, namun juga  bakat-bakat lain. Setelah potensi itu ditemukan, mereka akan diikutkan dalam pelatihan-pelatihan.

Kemendiknas, menurut Fasli, juga menyalurkan  bakat-bakat potensial yang ditemukan  untuk mengikuti kejuaraan-  kejuaraan internasional.

”Biasanya  anak-anak mempunyai bakat  lebih itu, kami masukkan dalam skema lomba-lomba. Begitu dia dikenal bisa, kita lihat potensinya. Banyak butir-butir yang ditemukan dengan cara itu,” tandas  Fasli.  Di Indonesia, penyaluran bakat-bakat muda tidak bisa dilepaskan dari sosok Yohanes Surya. Pimpinan  Surya Institute ini telah terbukti  berhasil mengasah talenta-talenta berbakat untuk bersaing di  ajang internasional. Sejumlah piagam  internasional, seperti olimpiade sains berhasil diraih anak-anak didik Yohanes.

Bahkan lelaki yang akrab dipanggil  Pak Yo ini juga berhasil  memoles bakat-bakat cemerlang  dari Pulau Papua yang selama ini  pendidikannya dinilai lebih terbelakang  dari belahan Nusantara lain.(okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar